Debt Collector Lakukan Aksi Brutal di Pekanbaru, Negara Jangan Kalah oleh Kekerasan!

23-04-2025 / KOMISI VII
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Evita Nursanty. Foto : Hans/Andri

PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Evita Nursanty, angkat bicara soal insiden pengeroyokan terhadap seorang perempuan oleh 11 oknum debt collector yang terjadi di depan Polsek Bukit Raya, Kota Pekanbaru, Riau. Kejadian yang sempat viral di media sosial ini menuai sorotan publik lantaran aparat yang berada di lokasi tidak bertindak, bahkan beberapa di antaranya disebut merekam peristiwa tersebut.

 

“Kejadian ini sangat mencoreng upaya-upaya pemulihan sektor pembiayaan pasca pandemi,” tegas Evita dalam pernyataannya kepada Parlementaria, di Jakarta, Rabu (23/4/2025).

 

Sebagai pimpinan komisi yang membidangi industri, pariwisata, dan UMKM, Evita mendesak aparat penegak hukum untuk tidak abai terhadap peristiwa semacam ini. Ia menekankan bahwa kehadiran Polri harus menjadi jaminan rasa aman bagi masyarakat, bukan hanya tampil ketika kasus telah viral.

 

"Polri harus terus hadir di tengah masyarakat untuk menenangkan hati rakyat. Masyarakat berharap polisi bisa bekerja penuh keadilan dan sigap, tidak pandang bulu, tidak perlu menunggu peristiwa viral terlebih dahulu," tegas legislator dari Dapil Jawa Tengah III itu.

 

Evita juga menyoroti peran ormas yang kerap terlibat dalam praktik kekerasan dan pemerasan, termasuk yang berkedok sebagai debt collector. Ia menilai, fenomena ini tumbuh subur akibat lemahnya pengawasan dan penegakan hukum yang permisif terhadap ormas dengan kekuatan massa.

 

“Keberadaan ormas seharusnya menjadi mitra dalam menjaga ketertiban sosial, bukan menjadi sumber keresahan publik. Jika ada ormas yang justru menjadi ancaman bagi rakyat, maka sudah saatnya dilakukan evaluasi menyeluruh, bahkan pembubaran jika diperlukan,” ujar Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini.

 

Tak hanya mengancam keamanan warga, Evita menilai keberadaan ormas yang meresahkan juga telah berdampak buruk pada sektor pariwisata. Ia mencontohkan praktik pungli dan intimidasi terhadap wisatawan serta pelaku usaha di destinasi wisata.

 

“Kita sudah sering kali mendengar adanya turis-turis yang dipalak oleh oknum yang mengatasnamakan ormas. Ini merugikan dunia usaha pariwisata dan menghambat pertumbuhan ekonomi,” tambahnya.

 

Evita menyebut bahwa dunia industri dan pariwisata akan terus menjadi korban selama praktik premanisme dibiarkan tumbuh dan hukum tak ditegakkan secara tegas. Ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjaga ketenangan dan tidak mudah terprovokasi oleh kelompok-kelompok yang mengedepankan kekerasan.

 

“Ketika hukum dilecehkan oleh kekuatan massa yang arogan, maka yang terancam adalah rakyat, termasuk para pelaku usaha kecil. Kita menunggu ketegasan dan solusi dari pemerintah mengenai hal ini,” tutupnya. (ssb/rdn)

BERITA TERKAIT
Komisi VII Minta Pemerintah Perluas Keterlibatan UMKM dalam Program MBG
08-08-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Chusnunia Chalim, mendorong pemerintah untuk memperluas keterlibatan pelaku Usaha Mikro, Kecil,...
Komisi VII Dorong Skema Royalti Lagu Diatur Ulang
07-08-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Evita Nursanty menyoroti pentingnya perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) namun...
Khawatir Status UNESCO Dicabut, Kaji Ulang Izin Resort di TN Komodo
05-08-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Evita Nursanty meminta Kementerian Kehutanan (Kemenhut) untuk mengkaji ulang pemberian Izin...
Apresiasi Pertumbuhan Ekonomi, Sektor Industri Harus Jadi Lokomotif Pemerataan
05-08-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VII DPR RI, Ilham Permana, menyampaikan apresiasi atas capaian pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,12 persen...